AKU KIRA AKU TAU BATASANKU



Sakit memang ketika mendengar ucapan dari orang yang kita kagumi kalau kita bukan salah satu yang lulus dalam kategori idaman teman hidupnya.
ah kamu pasti pernah tau gimana rasa sakitnya? aku? aku tentu pernah!

aku tipe lelaki cuek, dia sangat periang tapi hatinya sangat beku.
aku sadar itu, ekspektasinya terhadap lelaki sangat tinggi.
dia wanita tapi pemilih, konsistent dan jujur.
kejujuran itu yang terkadang membuatku berfikir dan malu.

aku tidak percaya diri untuk mendekatinya, dia terlalu tinggi buat ku tapi aku sangat ingin memilikinya. tidak pernah seingin ini aku ingin memiliki seseorang.
pada suatu pertemuan kami berbincang bersama.
ternyata dia humble tidak sebeku perkiraan ku , cantik, tinggi semampai dan berwawasan luas. kurasa dia banyak di eluh-eluhkan dikalangan lelaki. tapi sayang dia tidak berhijab.

Awalnya aku tidak masalah, keinginan ku untuk memilikinya cukup tinggi. karena aku yakin dia ditakdirkan untukku. waktu ke waktu ku coba untuk akrab dengannya. berhasil? tentu tapi perlu extra kesabaran yang panjang untuk melaluinya.

Semua berawal dari sini, ketika kami berdua sendang menjalani sesuatu hubungan yang bisa dikatakan serius. orang ketiga pun hadir. aku pun tergoda!
karna dia lebih cantik? tidak juga. alasanku cuma satu. dia berhijab!
lagi dan lagi otak nakal ku ini mulai membandingan dia dengan wanitaku. dari ajaran agama hingga penampilan. wanitaku sangat modis tapi tidak berpakaian islami tapi dia sederhana dengan jilbabnya yang menutupi kepalanya. menarik? tentu!

Di zaman sekarang tidak bisa dibohongi bila lelaki lebih memilih wanita berhijab yang biasa saja dari pada wanita modis tapi tidak berhijab. itu semua ku amati setiap kali kami jalan bersama.
membandingan wanitaku dengan milik orang lain.
aku tidak pernah berfikir bagaimana rasanya jika wanitaku tau bila aku selalu membandingakannya setiap kali melihat wanita berhijab. Terkadang aku merasa berdosa tapi fikiran liar itu selalu hadir.

kamu tau? lelaki baik pasti ingin wanita baik.
dan saat itu aku merasa lebih pantas mendapatkan yang lebih baik dari wanitaku.
sudah ku bilang otak nakalku sedang berlari-lari membandingan yang terbaik demi kebaikanku.
ya begitulah manusia.

Di belakang wanitaku, aku mulai berkominikasi intents dengan dia ( wanita berhijab ).
dia tau aku sudah memiliki wanita tapi entah kenapa dia begitu mudah untuk didekati tidak sesulit waktu aku berusaha mendekati wanitaku.
karna aku begitu senang dan mendambakan wanita berhijab, tentu tidak pakai berfikir lama, ku ajak dia nonton di salah satu mall di pusat kota. kamu tau? dia mau! senang bukan kepalang.

mulai saat itu aku mulai banyak berbohong kepada wanitaku. dia tidak curiga? tidak sama sekali, karena wanitaku itu sangat percaya kepadaku. itulah lebihnya dia, dia tidak curiga kepadaku dan ucapan yang selalu kuingat "aku tidak perlu mengekangmu, karena aku sadar jika kamu sayang aku pasti kamu tau batasan mu sendiri".
dan saat itu aku merasa masih tau batasan. kalian marah membaca ini? pasti, tapi kita sebagai seseorang yang egois, pasti dalam situasi seperti ini tetap beranggapan wajar dengan segala macam alasan yang sebenarnya salah.

Malam itu, malah tersakit untuk wanitaku dan aku langsung menyadarinya.
kami putus ? iya.
karena wanita berhijab itu? iya
tapi itu bukan pointnya.

Lantas? kata kata kasarku yang telah meyakitinya sedemikian jahatnya.
kita bertengkar hebat, bukan karena wanita berhijab itu tapi aku mencari alasan lain untuk menutupi wanita itu dari wanitaku.

Malam itu, pertama kalinya dalam 3 tahun bersama aku melihat dia menangis tersedu-sedu.
dan pertama kalinya aku merasa sangat egois. ucapan itu, ucapan yang tidak penah aku fikirikan keluar begitu saja dan tentu meyakiti perasaannya.

Aku : "Kamu fikir dengan kamu menangis aku akan luluh? tidak! menangislah sepuasmu hingga kamu lelah, aku tidak perduli"

Wanitaku : Salahku apa selama ini? kamu perlahan menjauhiku.

Aku : Kamu bilang percaya denganku bukan? kenapa kamu meragukanku.

Wanitaku : Aku sedikit pun tidak pernah meragukanmu, aku hanya butuh penjelasan biar aku mengerti.

Aku : Kamu ini sudah mulai minta penjelasan, dulu kamu tidak pernah meminta penjelasan. kamu cuek, bertanyapun seperlunya. lantas sekarang apa? kamu meragukanku.

Wanitaku : dulu kamu tidak seperti ini.

Aku : ayolaahhh people can change, begitu juga denganku. penilaianku terhadap wanita juga berubah.

Wanitaku : Maksudmu? *dia menahan tangisan yang memaksa keluar, aku tau itu*

Aku : Aku butuh orang lain, tapi bukan kamu. apa perlu aku jabarkan lagi ? wanita seperti apa yang aku butuhkan ?

Wanitaku : Jelaskan, aku akan baik - baik saja *air mata itu menetes semakin deras tapi tanpa suara sedikitpun*

Aku : aku butuh orang yang sederajat denganku, yang imannya baik dan perkerjaan yang sejajar denganku. kamu memakai hijab saja tidak dan perkerjaanmu hanya karyawan swasta. aku fikir pertama kali melihatmu, kamu ditakdirkan untukku tapi ternyata tidak. aku butuh orang lain yang lebih baik darimu. apa aku salah?

Wanitaku : tidak, kamu tidak pernah salah dimataku.

Aku : berhentilah membuatku merasa bersalah dan kejam, kamu perlu intropeksi diri. ijinkan aku mencari wanita yang lebih baik darimu. aku tau, kamu sudah menemaniku dari aku belum menjadi orang yang sudah disegani dengan seragam coklatku ini. tapi jangan harap kamu akan dieluh-eluhkan olehku dan mendapatkan ucapan trimakasih dariku karna sudah menemaniku sampai titik ini.

Wanita : baik aku paham. kamu hanya perlu tau, aku tidak akan sedikitpun menjelekkan namamu dikalangan teman-temanku ataupu teman-temanmu. aku memaafkanmu detik ini juga. aku tau mendapatkan sergam coklat itu butuh usaha orang tua mu. aku menghargainya. kamu membutuhkan orang yang sejajar denganmu. tidak denganku , kamu pasti malu. aku tau. maafkan aku jika kamu malu.

Aku : baguslah kalau kamu menyadarinya.

Wanitaku : Trimakasih banyak, aku belajar banyak darimu setelah 3 tahun ini. terutama malam ini, ketika Tuhan menunjukkan kalau kamu memang bukan lelaki baik yang aku idamkan.
aku tidak ingin berburuk sangka ada wanita lain karena sampai detik ini pun aku masih mempercayaimu. *isak itu tertahan sangat dalam, aku tau itu*

aku pamit pulang.


Aku terdiam lalu berfikir "apa yang sudah aku lakukan?" aku melepas wanitaku, dia yang sudah menemaniku dari titik terendahku, berkerja, menganggur dan sampai aku dilantik dengan kebanggan yang orang tua manapun akan menangis melihat pelantikan itu.

Handphone ku berdering berkali-kali dan yang kulihat nama dia , dia wanita yang membuatku berani melepaskan wanitaku tanpa berfikir dua kali.
aku harus menemuinya. apakah pilihanku benar?

kupacu mobilku ketempat dimana dia memberitahuku melalui pesan singkat.
saat sampai di depan pintu dan melihat dia duduk di kursi sambil tersenyum dan melambaikan tangan, tiba-tiba langkah ku terhenti.
"Seharusnya yang tersenyum disana itu wanitaku bukan dia"
aku langsung berlari keparkiran untuk menemui wanitaku lagi dan menjelaskan semuanya.

tiba di depan rumahnya, aku hanya mematung. melihat dia menangis dipelukan mamahnya. perasaanku berkecamuk sangat kuat. apa yang telah aku lakukan? demi apa? penampilan seseorang? aku menyakiti dia, orang yang sangat mengenalku dengan baik selama 3 tahun !

aku tidak berani, aku memutuskan untuk pulang dan berfikir.


SEMINGGU kurasa cukup untuk menenangkan diri dan menjelaskan semuamya.
ku ajak dia bertemu, dia mengiyakan .

kujelaskan semuanya tanpa secuil yang terlewat, dia mendengarkan dengan seksama.
hingga kalimat yang paling aku takutkan itu akhirnya keluar dari nya

"Aku tau maksudmu, tapi maafkan aku. aku tidak ingin jadi beban yang membuat mu malu lagi. Tuhan akan mempertemukan kamu dengan yang kamu inginkan. tapi bukan aku karena aku bukan idaman mu"

lalu dia pergi meninggalkanku dengan muka lesu dan tangisan yang tertahan sejak pertama bertemu.

aku sadar,ketika ucapan lebih jahat dari perilaku. dan aku merasa gagal telah membuat wanitaku menangis dan memaksanya memaklumi semuanya. sikapku yang melewati batas

hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun.
aku belum menemukan penggantimu, wanitaku.

Komentar

Posting Komentar